I made this widget at MyFlashFetish.com.

Selasa, 31 Mei 2011

Berbaik sangka terhadap Ulama

Oleh: Farid Nu’man hasan
                Telah sampai kepada kami, email yang berisi tulisan yang berjudul: Kurang Kerjaan, Syaikh Qardhawi Puji Qatar Jadi Tuan Rumah Piala Dunia, yang berasal dari sebuah media Islam di internet yang katanya menjadi Media Islam Rujukan, yakni eramuslim. Dan, Alhamdulillah kami telah membacanya. Sayangnya, pada situs Media Islam Rujukan tersebut tidak dipaparkan secara utuh bagaimana isi perkataan Syaikh Yusuf Al Qaradhawi Hafizhahullah yang katanya berasal dari khutbah Jumat Beliau.

                Maka, saya nasihatkan kepada diri saya sendiri dan kaum muslimin, termasuk   admineramuslim secara khusus, yang telah menuliskan tulisan tersebut di dunia maya dengan bahasa yang tidak patut diberikan kepada  ulama dan orang tua (Syaikh Al Qaradhawi saat ini berusia 84 tahun), “kurang kerjaan” lalu nantinya dibaca oleh ribuan manusia, hingga akhirnya sedikit banyak menggerus kehormatan ulama tersebut. Walaupun eramuslim –bisa jadi atau bisa saja beralasan: “kami tidak bermaksud demikian.” Atau “kami hanya menyampaikan berita.”  Maka, mari kita takut kepada Allah‘Azza wa Jalla dari tergelincirnya lisan (dzallatul lisan) dengan merendahkan para ulama,  siapa pun dia, yang telah menghabiskan seluruh hidup dan umurnya untuk da’wah, ilmu, dan jihad.    Ketidaksetujuan kita terhadap pernyataan mereka, atau pendapat mereka, atau perbuatan mereka, tidaklah lantas menggugurkan sikap ta’zhim kepada mereka, lalu melupakan kita terhadap semua kebaikan yang telah dibangunnya sejak awal dakwahnya.  Berkacalah kepada diri sendiri,  apa yang telah kita lakukan untuk kemajuan Islam dan umat Islam?
Mari kita merenungkan hadits nabi yang mulia, sebagai berikut:
Dari ‘Ubadah bin Ash Shaamit Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
Bukan termasuk umatku, orang yang tidak menghormati orang besar kami (orang tua, pen), tidak menyayangi anak kecil kami, dan tidak mengetahui hak ulama kami.” (HR. Ahmad No. 22755, Al Bazzar No. 2718, Ath Thahawi dalam Syarh Musykilul Atsar No. 1328, Asy Syaasyi dalam Musnadnya No. 1272. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih lighairih. Lihat Tahqiq Musnad Ahmad No. 22755. Syaikh Al Albani menghasankan. Lihat Shahihul Jami’ No. 5443)

                Tiga hal dalam hadits ini yang dinilai bukan golongan umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yakni:
1.       Tidak menghormati orang besar/orang tua.
2.       Tidak sayang dengan yang kecil
3.       Tidak mengetahui hak ulama
Dalam konteks Syaikh Yusuf Al Qaradhawi, maka terkumpul dua hal padanya; orang tua dan ulama, kalau pun eramuslim tidak mengakui keulamaannya, paling tidak dia adalah orang tua dan tokoh Islam abad modern. Kalau pun eramuslim tidak mengakui ketokohannya, paling tidak dia adalah saudara seiman kita. Semoga eramuslim masih mengakui keulamaan dan ketokohannya.
Namun sekedar pengakuan itu adalah perkara mudah! Terpenting adalah mengetahui hak ulama, dan memberikan hak itu kepada mereka, di antara hak ulama adalah  berprasangka baik kepada mereka, baik kepada perkataan, perbuatan, dan pendapatnya,  dan tidak berkata kecuali yang baik untuk mereka, dan senantiasa mendoakan mereka baik dunia dan akhiratnya.
Imam Ibnu ‘Asakir memberikan nasihat buat kita, khususnya orang yang merendahkan ulama (karena merasa sudah jadi ulama sehingga merendahkannya!):
يا أخي وفقنا الله وإياك لمرضاته وجعلنا ممن يغشاه ويتقيه حق تقاته أن لحوم العلماء مسمومة وعادة الله في هتك أستارمنتقصيهم معلومة وأن من أطلق لسانه في العلماء بالثلب ابتلاه الله تعالى قبل موته بموت القلب فليحذر الذين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم

Wahai saudaraku –semoga Allah memberikan taufiq kepada saya dan anda untuk mendapatkan ridhaNya dan menjadikan kita termasuk orang yang bertaqwa kepadaNYa dengan sebenar-benarnya- dan Ketahuilah, bahwa daging–daging ulama itu beracun, dan sudah diketahui akan kebiasaan Allah dalam membongkar tirai orang-orang yang meremehkan mereka, dan sesungguhnya barang siapa siapa yang melepaskan mulutnya untuk mencela ulama maka Allah akan mengujinya dengan kematian hati sebelum ia mati: maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya (Rasul) takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (Imam An Nawawi, At Tibyan, Hal. 30. Mawqi’ Al Warraq)
Ya, janganlah menyalahi perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan merendahkan para ulama.
Sungguh telah lama berlalu, para ulama yang lebih utama dibanding Syaikh Al Qaradhawi, mereka pun pernah mengeluarkan pernyataan yang lebih parah dibanding Syaikh Al Qaradhawi, seperti Imam Yahya bin Ma’in, Imam Al Baihaqi, dan lainnya, namun para imam kita, seperti Imam Adz Dzahabi memberikan ta’wil dan ‘udzur dalam rangka berbaik sangka terhadap mereka.
Sebagai contoh, Imam Yahya bin Ma’in pernah mengatakan –ketika melihat ada wanita cantik: “Allah bershalawat kepada wanita itu.” Seorang muridnya bertanya heran tentang ucapannya itu. Imam Yahya bin Ma’in mengulangi lagi: “Ya, Allah bershalawat kepada yang indah-indah.”
Imam Adz Dzahabi  dalam As Siyar-nya mengomentari hal ini dengan berbaik sangka bahwa itu sebagai gurauan semata dari Imam Ibnu Ma’in. (Subhanallah! Apa jadinya jika Imam Yahya bin Ma’in hidup zaman sekarang?! Mungkin ada yang berkomentar: “Kurang kerjaan tuh ulama!! Atau “ulama cabul?” )
Dahulu ada Imam Ibnu Ma’in dan komentarnya yang sebenarnya tidak wajar bagi ulama sekelas beliau, tetapi dahulu ada Imam Adz Dzahabi yang memberikan baik sangka kepadanya.
Saat ini ada Syaikh Al Qaradhawi dan komentarnya yang masih manusiawi (sebagaimana manusiawinya kita –misal-  ikut senang dan senyum ketika kesebelasan Indonesia menang melawan Thailand), namun saat ini tidak ada Imam Adz Dzahabi-nya yang  bisa berbaik sangka kepadanya, yang ada adalaheramuslim yang mencoba menasihatinya (dan memberitakannya) dengan sebutan “kurang kerjaan.”Allahul Musta’an!
Berkata Syaikh Ibnu Baaz Rahimahullah ketika menasihati kalangan yang suka mencela para ulama dan da’i:
والمؤمن ينبغي أن يحمل كلام أخيه على أحسن المحامل، وقد قال بعض السلف: لا تظن بكلمة خرجت من أخيك السوء، وأنت تجد لها في الخير محملاً.
Seorang mu’min hendaknya menafsirkan perkataan saudaranya dengan penafsiran yang baik, sebagian salaf mengatakan: janganlah kau berprasangka buruk dengan perkataan yang keluar dari saudaramu, padahal engkau menemukan adanya makna yang baik pada perkataannya. (Fatawa Syabkah Al Islamiyah No. 18788)
Berkata Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih –ketika memberikan nasihat kepada orang yang mencela Syaikh Al Qaradhawi:
ويجب احترام العلماء وتوقيرهم ، وإحسان الظن بهم ، ولزوم الأدب في نقاشهم أو الرد عليهم.
وإهانة العلماء وازدراؤهم -مع كون ذلك محرماً- يهون من قيمة العلم وأهله ، ويجرئ العامة على ترك التعلم ، والعزوف عن مجالس العلماء ، وربما قادهم ذلك إلى نبذ الدين رأساً.
والله المستعان.

Wajib menghormati para ulama dan  menjaga kewibawaan mereka, dan berbaik sangka terhadap mereka, dan mesti menjaga adab dalam berdiskusi dan menyanggah pendapat mereka.
Menghina ulama dan merendahkan mereka –yang mana itu adalah perbuatan haram- (berarti) telah menghina ilmu dan ahlinya, dan membuat orang umum meninggalkan upaya menuntut ilmu, dan menjauhi majelis para ulama, dan barang kali itu juga menuntun mereka untuk mengenyampingkan agama secara langsungWallahul Musta’an! (Fatawa Syabkah Al Islamiyah No. 10713)


Afna Hayatahu fid Da’wah
                Dahulu, Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq ketika ke Indonesia dan mengetahui ada sebagian kecil da’i menjelek-jelekkan Syaikh Yusuf Al Qaradhawi, beliau mengatakan: “Afna hayatahu fid da’wah!” (Hidupnya (Al Qaradhawi) telah dihabiskan untuk dakwah). Ya, hanya orang besar yang mampu menghormati orang besar!

                Orang yang oleh eramuslim disebut “kurang kerjaan” ini telah melalui penyiksaan di penjara pada masa mudanya, ikut berjihad di Terusan Suez, menghasilkan banyak karya bahkan sangat banyak dalam berbagai kajian Islam, posisinya pun penting dalam berbagai lembaga Fatwa, organisasi Islam dunia, ikut menyumbang hartanya dalam pembentukan bank-bank muslim di berbagai Negara muslim, dan … dan ………….. demikianlah profil ulama “kurang kerjaan.”  Sehingga Syaikh Abdul Majid Az Zindani menyebutnya sebagai: faqih yang mujahid!

                Hanya karena Syaikh Al Qaradhawi menunjukkan rasa senangnya Qatar menjadi tuan rumah piala dunia 2022, dan Syaikh juga menyebutkan alasan rasa suka citanya, yakni Qatar berhasil merendahkan Amerika Serikat! Inilah yang harusnya ditangkap dibalik kegembiraan Al Waalid Asy Syaikh Al Qardhawi.  Sekali pun hal itu salah dan kita tidak menyetujuinya, maka kesalahan tersebut tidak usah diapresiasikan dalam bentuk komentar yang seakan menggurui, seakan Syaikh belum pernah melakukan apa-apa, seakan eramuslim ingin mengajarkan kepadanya bagaimana seharusnya, dan mengatakan kepadanya: “seharusnya Anda sibuk dan  melakukan hal yang lebih bermanfaat …” . Padahal merendahkan ulama dan menyebut mereka kurang kerjaan lebih bukan  perkara membawa manfaat, justru mudharat bagi pelakunya sebagaimana dikatakan Imam Ibnu ‘Asakir Rahmihullah.

                Apalah artinya eramuslim –dahulu dan sekarang- sering mengutip dan memuat tulisan Syaikh Al Qaradhawi, tapi juga melecehkannya di sisi lain hanya karena komentar piala dunia! Apalah artinya pelukan hangat jika keris dihujamkan dari belakang?

                Terakhir …………………, ketahuilah! Merendahkan ulama tidaklah sama dengan merendahkan manusia lainnya, merendahkan ulama akan berdampak pada apa yang juga dibawanya, karena perendahan itu dapat menghilangkan kewibawaan dan merendahkan keilmuannya. Sehingga akhirnya umat menjauh dari para ulama .. bahkan dari agamanya.
                Wallahu A’lam wa ilaihil musytaka …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Detik-Detik Menuju Syahid