I made this widget at MyFlashFetish.com.

Kamis, 28 April 2011

hadits-hadits yang menerangkan tentang hari kiamat.

Akhir-akhir ini masyarakat dihebohkan dengan film '2012', yang secara garis
besar menggambarkan akan terjadinya hari kiamat pada tanggal 21-12-2012 berdasarkan ramalan suku Maya di Amerika Selatan. Benarkah demikian? Allahu a'lam bisshowab, Hanya Allah swt. sajalah yang mengetahuinya.

Dalam tulisan ini saya ingin menyampaikan sebuah hadist tentang ramalan

-Dari Shofiyyah binti Abu Ubaid dari salah seorang istri Nabi saw., beliau bersabda: "Barangsiapa datang kepada tukang ramal kemudian menanyakan sesuatu dan ia mempercayainya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh lima hari."
(HR. Muslim)

Berikut ini adalah hadits-hadits yang menerangkan tentang hari kiamat.

1. Dari Abi Hurairah ra., ia berkata: "Ketika Rasulullah saw. sedang dalam perjalanan suatu majlis berbincang dengan sekelompok orang (para sahabat), datanglah kepada beliau seorang desa yang lantas saja bertanya: "Kapankah hari kiamat itu?" Rasulullah saw. meneruskan pembicaraannya. Sebagian orang berbisik: "Beliau (Rasulullah) mendengar apa yang ditanyakan orang itu, tetapi tidak suka apa yang ditanyakan itu." Yang lain berkata: "Tidak, belia tidak mendengar." Setelah pembicaraan beliau selesai, beliau bertanya: "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?" Orang yang bertanya menyahut: "Ini aku wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda: "Apabila amanat telah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat." Orang itu bertanya: "Bagaimana menyia-nyiakan amanat itu?" Rasulullah bersabda: "Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat."
(HR. Bukhari)
-Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi

2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: "Rasulullah saw. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, dunia tidak akan hancur sehingga ada orang yang melewati kubur orang lain, maka dia berhenti lalu berkata: "Alangkah senangnya jika aku yang menjadi penghuni kubur ini," dan demikian itu bukan ajaran agama, hanya karena beratnya cobaan di dunia."
(HR. Bukhari dan Muslim)
-Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi.

3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: "Rasulullah saw. bersabda: "Hari kiamat tidak akan datang sebelum sungai Eufrat memunculkan suatu bukit emas yang menimbulkan perang, dimana setiap seratus orang akan mati sembilan puluh sembilan, dan masing-masing orang di antara mereka itu berkata: "Semoga saya yang selamat."
Dalam sebuah riwayat dikatakan: "Sungai Eufrat nyaris memunculkan emas yang disimpannya, barangsiapa yang mendapatkannya, maka janganlah ia mengambil sesuatu daripadanya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
-Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi.

4. Dari Abu Sa'id Al Khudriy ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: "Nanti pada akhir zaman ada di antara pemimpin-pemimpin kalian yang menabur-naburkan uang dan tidak bisa dihitung."
(HR. Muslim)
-Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi.

5. Dari Abu Musa Al Asy'ariy ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: "Akan datang kepada manusia suatu zaman dimana seseorang berkeliling mengeluarkan sedekah yang berupa emas, tetapi tidak ada seorangpun yang bersedia menerimanya. Dan akan kelihatan seorang laki-laki diikuti oleh empat puluh perempuan yang ingin berlindung kepadanya, karena sedikitnya orang laki-laki dan banyaknya orang perempuan."
(HR. Muslim)
-Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi.

6. Di antara tanda-tanda (datangnya) kiamat ialah: ada orang di dalam masjid tapi tidak melaksanakan shalat dua rakaat, orang tidak lagi mengucapkan salam kecuali kepada orang yang dikenalnya, dan anak kecil menyuruh-nyuruh orang tua.
(HR. At Thabrani dari Ibnu Mas'ud)
-Mukhtar Al Hadits: 159

7. Ketika hari kiamat telah dekat, maka manusia semakin rakus pada dunia dan semakin jauh dari Allah.
(HR. Hakim dari Ibnu Mas'ud)
-Mukhtar Al Hadits: 30

8. Di akhir zaman sedikit sekali ditemukan uang yang halal dan saudara (teman) yang dapat dipercaya.
(HR. Ibn Asakir dari Ibn Umar)
-Mukhtar Al Hadits: 31

9. Akan datang kepada manusia suatu zaman dimana orang mukmin di waktu itu lebih hina daripada dombanya.
(HR. Ibn Asakir dari Anas)
-Mukhtar Al Hadits: 186

10. Di akhir zaman nanti banyak orang ahli ibadah yang bodoh dan ahli qira'ah yang fasik.
(HR. Abu Na'im)
-Mukhtar Al Hadits: 188

11. Akan datang suatu zaman dimana manusia tak lagi mempedulikan apakah yang dia cari itu halal ataukah haram.
(HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
-Jawahir Al Bukhari

12. Rasullah saw. bersabda: "Akan datang kepada umatku suatu zaman dimana mereka mencintai lima perkara dan melupakan lima perkara, yaitu: mereka mencintai dunia dan melupakan akhirat, mencintai hidup dan melupakan mati, mencintai gedung dan melupakan kubur, mencintai harta dan melupakan hari penghitungan, dan mencintai makhluk dan melupakan Khalik.
(Tertulis dalam Nashaih Al Ibad: 36-37)

Akhir kata, perbanyaklah ibadah selagi masih sempat dan bershodaqohlah selagi masih ada yang menerima shodaqoh. Sebab kita tak tahu kapan maut kan menjemput, kita juga tak tahu kapan hari akhir itu kan tiba.

Senin, 25 April 2011

9 Penemuan Islam yang Menggemparkan dunia

:naikkuda: 9 Penemuan Islam Yang Menggemparkan Dunia

Kehidupan modern tak lepas dari penemuan-penemuan ilmuwan muslim. Proyek 1001 kembali mengingatkan sejarah 1000 tahun warisan muslim yang terlupakan.

Ada sebuah lubang dalam ilmu pengetahuan manusia, melompat dari zaman Renaisans langsung kepada Yunani, ujar Chairman Yayasan Sains, Teknologi dan Peradaban Profesor Salim al-Hassani pemimpin 1001 Penemuan.

Saat ini Penemuan 1001 sedang pameran di Museum Sains London. Hassani mengharapkan pameran tersebut akan menegaskan kembali kontribusi peradaban non-barat, seperti kerajaan muslim yang suatu waktu pernah menutupi Spanyol dan Portugis, Italia selatan dan terbentang seluas daratan China.

Inilah penemuan muslim yang luar biasa:

1. Operasi Bedah
Sekitar tahun 1000, seorang dokter Al Zahrawi mempublikasikan 1500 halaman ensiklopedia berilustrasi tentang operasi bedah yang digunakan di Eropa sebagai referensi medis selama lebih dari 500 tahun. Diantara banyak penemu, Zahrawi yang menggunakan larutan usus kucing menjadi benang jahitan, sebelum menangani operasi kedua untuk memindahkan jahitan pada luka. Dia juga yang dilaporkan melakukan operasi caesar dan menciptakan sepasang alat jepit pembedahan.



2. Kopi
Saat ini warga dunia meminum sajian khas tersebut tetapi, kopi pertama kali dibuat di Yaman pada sekitar abad ke-9. Pada awalnya kopi membantu kaum sufi tetap terjaga ibadah larut malam. Kemudian dibawa ke Kairo oleh sekelompok pelajat yang kemudian kopi disukai oleh seluruh kerajaan. Pada abad ke-13 kopi menyeberang ke Turki, tetapi baru pada abad ke-16 ketika kacang mulai direbus di Eropa, kopi dibawa ke Italia oleh pedagang Venesia.



3. Mesin Terbang
Abbas ibn Firnas adalah orang pertama yang mencoba membuat konstruksi sebuah pesawat terbang dan menerbangkannya. Di abad ke-9 dia mendesain sebuah perangkat sayap dan secara khusus membentuk layaknya kostum burung. Dalam percobaannya yang terkenal di Cordoba Spanyol, Firnas terbang tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke tanah dan mematahkan tulang belakangnya. Desain yang dibuatnya secara tidak terduga menjadi inspirasi bagi seniman Italia Leonardo da Vinci ratusan tahun kemudian.



4. Universitas
Pada tahun 859 seorang putri muda bernama Fatima al-Firhi mendirikan sebuah universitas tingkat pertama di Fez Maroko. Saudara perempuannya Miriam mendirikan masjid indah secara bersamaan menjadi masjid dan universitas al-Qarawiyyin dan terus beroperasi selama 1.200 tahun kemudian. Hassani mengatakan dia berharap orang akan ingat bahwa belajar adalah inti utama tradisi Islam dan cerita tentang al-Firhi bersaudara akan menginspirasi wanita muslim di mana pun di dunia.



5. Aljabar
Kata aljabar berasal dari judul kitab matematikawan terkenal Persia abad ke-9 Kitab al-Jabr Wal-Mugabala, yang diterjemahkan ke dalam buku The Book of Reasoning and Balancing. Membangun akar sistem Yunani dan Hindu, aljabar adalah sistem pemersatu untuk nomor rasional, nomor tidak rasional dan gelombang magnitudo. Matematikawan lainnya Al-Khwarizmi juga yang pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan yang bisa menjadi kekuatan.



6. Optik
Banyak kemajuan penting dalam studi optik datang dari dunia muslm, ujar Hassani. Diantara tahun 1.000 Ibn al-Haitham membuktikan bahwa manusia melihat obyek dari refleksi cahaya dan masuk ke mata, mengacuhkan teori Euclid dan Ptolemy bahwa cahaya dihasilkan dari dalam mata sendiri. Fisikawan hebat muslim lainnya juga menemukan fenomena pengukuran kamera di mana dijelaskan bagaimana mata gambar dapat terlihat dengan koneksi antara optik dan otak.



7. Musik
Musisi muslim memiliki dampak signifikan di Eropa. Di antara banyak instrumen yang hadir ke Eropa melalui timur tengah adalah lute dan rahab, nenek moyang biola. Skala notasi musik modern juga dikatakan berasal dari alfabet Arab.



8. Sikat Gigi
Menurut Hassani, Nabi Muhammad SAW mempopulerkan penggunaan sikat gigi pertama kali pada tahun 600. Menggunakan ranting pohon Miswak, untuk membersihkan gigi dan menyegarkan napas. Substansi kandungan di dalam Miswak juga digunakan dalam pasta gigi modern.



9. Engkol
Banyak dasar sistem otomatis modern pertama kali berasal dari dunia muslim, termasuk pemutar yang menghubungkan sistem. Dengan mengkonversi gerakan memutar dengan gerakan lurus, pemutar memungkinankan obyek berat terangkat relatif lebih mudah. Teknologi tersebut ditemukan oleh Al-jazari pada abad ke-12, kemudian digunakan dalam penggunaan sepeda hingga kini.

WASPADA PROPAGANDA MURTAD

oleh HABIB RIZIEQ FPI pada 19 April 2011 jam 17:06
Ada sebuah buku berjudul asli Al-Iman wa Nawaqidhuhu & At-Tibyan Syarhu Nawaqidhil Iman. Buku ini ditulis oleh duet Dr Safar Hawali & Syaikh Sulaiman Nashir Ulwan. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Etoz Publishing. Yang menariknya, penerbit menerjemahkan judul buku tersebut dengan atraktif sekaligus menghentak sanubari. Judul bahasa Indonesianya ialah Murtad Tanpa Sadar Kok Bisa?

Benar saudaraku. Ternyata di dalam hidup ini ada perkara-perkara yang jika dilakukan, bahkan sekedar diucapkan, dapat menjerumuskan seorang muslim ke dalam sebuah keadaan murtad tanpa sadar. Artinya, ia tidak sekedar terlibat dalam sembarang dosa. Tapi ia terlibat ke dalam urusan yang dapat menyebabkan batalnya keimanan serta keislamannya. Hal ini menjadi lebih serius jika kita kaitkan dengan kondisi zaman modern yang sangat sarat dengan fitnah (ujian) terhadap iman seorang muslim. Sehingga kita jadi teringat sebuah hadits di mana Rasulullah Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda:

بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan paginya menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia." (HR. Ahmad, No. 8493)

Sungguh saya khawatir bahwa kondisi dunia dewasa ini persis sebagaimana Nabi صلى الله عليه و سلم gambarkan di dalam hadits di atas. Laksana malam yang gelap gulita. Fitnah (ujian) telah meliputi segenap aspek kehidupan modern. Dan derajat fitnah tersebut sedemikian rupa sehingga potensial menyebabkan seorang muslim sulit memelihara ke-istiqomahannya. Pagi masih dinilai Allah سبحانه و تعالى beriman, namun sore harinya telah menjadi kafir.

Bayangkan...! Nabi صلى الله عليه و سلم di dalam hadits di atas tidak menggambarkan kondisi gelap gulita tersebut berakibat sekedar “di waktu pagi berbuat kebaikan dan di waktu sore berbuat kejahatan”. Sebab jika demikian penggambarannya, masih lebih ringan. Sebab betapapun seseorang melakukan kejahatan, ia masih mungkin dipandang tetap memiliki iman. Sedangkan Nabi صلى الله عليه و سلم jelas-jelas menggambarkan bahwa kegelapan akibat rangkaian fitnah tersebut berakibat “seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan paginya menjadi kafir”. Wa na’udzu billahi min dzaalika...!

Mari kita lihat contohnya. Sebut saja Pembatal Keislaman nomor empat dan nomor sembilan. Pembatal Keislaman nomor empat di dalam buku MTS (Murtad Tanpa Sadar) ialah “Meyakini Bahwa Selain Petunjuk Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم Lebih Sempurna Daripada Petunjuknya”. Sedangkan Pembatal Keislaman nomor sembilan ialah “Meyakini Bahwa Manusia Boleh Keluar Dan Tidak Mengikuti Syariat Allah سبحانه و تعالى dan RasulNya صلى الله عليه و سلم ”.

Sungguh, tidak sedikit muslim di era modern ini yang terjatuh kepada dua perkara di atas. Mereka masih menaruh harapan kepada petunjuk, panduan, isme, ideologi, bimbingan hidup, sistem hidup atau falsafah hidup selain yang bersumber dari Allah سبحانه و تعالى dan RasulNya صلى الله عليه و سلم . Lalu mereka memperlakukan berbagai petunjuk tersebut seolah setara bahkan lebih baik dan lebih sempurna daripada ajaran Al-Islam. Mereka meragukan Al-Islam sebagai pemersatu keanekaragaman ummat manusia lalu meyakini ada selain Al-Islam yang dapat memainkan peranan pemersatu tersebut. Seolah mereka mengabaikan kesempurnaan ajaran atau syariat Allah سبحانه و تعالى. Lalu menaruh kepercayaan akan kesempurnaan ajaran atau isme lainnya. Padahal di dalam Al-Qur’an dia membaca ayat Allah سبحانه و تعالى yang berbunyi:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah [5] : 3)

Salah satu faham modern yang dewasa ini secara gencar dikampanyekan oleh masyarakat Barat (baca: kaum Yahudi dan Nasrani) ialah Pluralisme. Sebagian besar penghuni planet bumi dewasa ini telah terpengaruh dan percaya kepada faham tersebut. Mereka memandangnya sebagai sebuah faham yang baik dan positif. Bahkan faham ini telah dipandang sebagai indikator kemajuan atau kemodernan seseorang atau bahkan suatu bangsa. Memang, pada tahap awal, Pluralisme mengajarkan suatu hal yang baik yaitu keharusan setiap orang agar menghormati orang lain apapun latar belakang agama dan keyakinannya. Sampai di sini kita tidak punya masalah dengan ajaran ini. Bahkan Islam-pun menganjurkan kita untuk berlaku demikian. Tetapi persoalannya, Pluralisme tidak menerima jika seseorang hanya sebatas memiliki sikap seperti itu. Ia menuntut setiap orang agar mengembangkan “sikap modern” sedemikian rupa sehingga tanpa ragu dan bimbang rela berkata: “Semua agama baik. Semua agama sama. Semua agama benar.” Nah, jika seorang muslim sampai rela mengeluarkan kata-kata seperti itu, barulah ia benar-benar diakui sebagai seorang penganut Pluralisme. Barulah ia akan diberi label “muslim modern” dan “muslim moderat” oleh masyarakat dunia, khususnya masyarakat barat.



Apa masalahnya bila seorang muslim berkata: “Semua agama baik. Semua agama sama. Semua agama benar”? Saudaraku, ungkapan seperti itu menunjukkan bahwa yang mengucapkannya tidak setuju dengan beberapa ayat di dalam Kitabullah Al-Qur’anul Karim. Padahal ketidaksetujuan seseorang akan isi Al-Qur’an menunjukkan bahwa dirinya meragukan kebenaran fihak yang telah mewahyukannya, yaitu Allah سبحانه و تعالى . Padahal tidak ada satupun firman Allah سبحانه و تعالى yang mengandung kebatilan. Subhaanallah...! Seluruh isi Al-Qur’an sepatutunya diterima oleh setiap orang yang mengaku muslim sebagai kebenaran mutlak, karena ia merupakan Kalamullah (ucapan-ucapan Allah سبحانه و تعالى). Sehingga setiap malam saat sholat tahajjud Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم selalu membaca doa yang sebagian isinya berbunyi:

أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ

“...(Ya Allah) Engkaulah Al Haq (Yang Maha Benar), dan janji-Mu haq (benar adanya), dan perjumpaan dengan-Mu adalah benar dan firman-Mu benar...” (HR. Bukhari, No 1053)

Maka seorang muslim yang termakan oleh faham Pluralisme sehingga melontarkan kalimat-kalimat batil seperti di atas sungguh potensial terjangkiti virus MTS. Sebab ia sekurang-kurangnya telah menolak tiga ayat Al-Qur’an. Ia telah memandang dirinya lebih cerdas daripada Allah سبحانه و تعالى Yang Maha Tahu dan Maha Benar pengetahuannya. Ketiga ayat tersebut ialah:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3] : 19)

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran [3] : 85)

رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ

“Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” (QS. Al-Hijr [15] : 2)

Bagaimana mungkin seorang muslim yang pernah membaca ketiga ayat di atas, sambil mengaku beriman akan Al-Qur’an sebagai kumpulan firman Allah سبحانه و تعالى Yang Maha Tahu dan Maha Benar pengetahuannya, lalu akan dengan ringannya tega melontarkan kata-kata: “Semua agama baik. Semua agama sama. Semua agama benar”?
Coba perhatikan cuplikan diskusi yang sering terjadi di sekitar kita. Ada beberapa orang sedang mendiskusikan soal perselisihan antar dua kelompok berbeda agama yang terjadi di tengah masyarakat. Yang satu kelompok kaum muslimin, sedangkan yang satu lagi kelompok kaum non-muslim. Lalu masing-masing fihak mempertahankan argumennya masing-masing. Akhirnya suasana diskusi menjadi panas dan hampir tidak terkendali. Tiba-tiba salah seorang di antara mereka melontarkan sebuah upaya menenteramkan situasi dengan melontarkan kata-kata:

“Sudahlah tenman-teman. Marilah kita ingat selalu bahwa kita ini kan satu bangsa. Agama boleh berbeda. Tapi kita kan tetap satu bangsa. Toh, setiap agama kan maksudnya baik. Tujuannya mulia. Dan semuanya kan menuju tujuan yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Kenapa sih kita tidak bisa saling memahami dan bersikap toleran?”
Bukankah contoh kasus di atas merupakan suasana yang sangat sering kita temui di dalam kehidupan sehari-hari kita? Dan diskusi hangat dengan akhir seperti itu kian hari kian mudah kita temui belakangan ini. Kasus dan pelaku perselisihan boleh berbeda, tapi ujung akhir penyelesaiannya kurang lebih sama. Yaitu mengakui bahwa setiap agama punya maksud yang sama dan baik.

Benarkah demikian? Kalaulah semua agama punya maksud dan tujuan yang sama dan baik, lalu mengapa kita harus memilih Al-Islam? Mengapa kita tidak pilih yang lainnya saja? Bukankah Islam secara praktek lebih rumit dan menuntut pengorbanan dibandingkan yang lainnya? Islam mewajibkan setiap muslim sholat beribadah kepada Allah سبحانه و تعالى sekurangnya lima kali sehari-semalam.

Islam mewajibkan setiap satu tahun sekali selama sebulan penuh muslim menahan rasa lapar, dahaga dan berhubungan suami-istri di siang hari. Mengapa tidak kita pilih agama lainnya yang lebih sederhana dan ringan? Artinya, pandangan yang mengatakan bahwa semua agama bermaksud “sama dan baik” mengingkari statement Allah سبحانه و تعالى yang berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3] : 19)

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran [3] : 85)

Realitasnya dewasa ini sangat mudah kita jumpai di sekeliling kita kaum muslimin yang melontarkan kata-kata batil seperti di atas. Astaghfirullahal ‘azhiem. Allahummagh fir lil muslimin wal muslimat. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kaum Muslimin dan Muslimat. Laa haula wa laa quwwata illa billah...!

Ya Allah, lindungilah kami dari virus penyakit murtad tanpa sadar di era modern penuh fitnah ini. Amiin. Amiin ya Rabbal ‘aalamiin.

اللهم إني أعوذبك مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ

“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari cobaan yang memayahkan, kesengsaraan yang menderitakan, takdir yang buruk dan cacian musuh.” (HR. Bukhari, No. 5871)

Sebarkan kepada saudara-saudara dikalangan anda ! Allahuakbar !

Dipastikan 20% Pendeta di Seluruh Dunia Positif terkena Aids / HIV dan ada kemungkinan Angka ini meningkat.

Dipastikan 20% Pendeta di Seluruh Dunia Positif terkena Aids / HIV
dan ada kemungkinan Angka ini meningkat..
Apakah ini akibat Sex Bebas dg Biarawati & Pelacur ?
...Berapa jumlah penderita AIDS di kalangan Biarawati ??
Nah, Bagaimana para Pendeta dan Biarawati di Indonesia ?

Kenapa aku posting ini? Alkitab menganggap bahwa semua "spiritual" pemimpin atau Imam Gereja dan Menteri (sebagai kita sebut mereka hari ini) adalah tidak berdosa dan sempurna. Mari kita lihat ayat berikut dari Alkitab:

"Orang rohani membuat penilaian tentang segala sesuatu, tapi ia sendiri tidak tunduk pada penilaian setiap manusia. (Dari Alkitab NIV, 1 Korintus 2:15)"

Ketika seorang Imam memutuskan untuk melakukan perzinahan atau percabulan, maka ia akan menyangkal Alkitab, karena seperti saya katakan, Alkitab BERASUMSI bahwa semua Imam dan Menteri yang sempurna dan tidak berdosa yang bahkan tidak "tunduk pada penilaian setiap manusia." Artikel di bawah membuktikan bahwa ini adalah asumsi yang salah jelas buatan manusia dan korupsi dalam Alkitab, dan bukan ALLAH SWT's Ilahi Wahyu.

Silakan kunjungi Orang-orang tidak berdosa dan sempurna dalam Alkitab.


abc_priest_new_010105_w.jpg (6629 bytes)
Meskipun Pastor Roger saham rahasianya dengan 20/20, ia tetap dalam gelap. (ABCNEWS.com)

Imam Dengan AIDS

Krisis Dalam Gereja Katolik


5 Januari
- Seperti imam Katolik Roma, Pastor Roger telah mengambil kaul kemiskinan, ketaatan dan selibat untuk tetap murni dan fokus pada Tuhan.


Umat-Nya percaya Roger, yang telah dikenal sejak sekolah dasar bahwa ia ingin mengabdikan hidupnya untuk gereja.
Tapi dia takut jika mereka tahu yang sebenarnya tentang dirinya ia akan kehilangan kepercayaan suci.
"Kementerian saya tidak akan dapat melanjutkan jika orang tahu bahwa saya HIV-positif," kata Roger, yang gay dan telah patah sumpah selibat.
Ayah Roger bukan imam HIV-positif saja. Dia memperkirakan bahwa selama pelayanan-Nya, ia telah dikenal 15 sampai 20 imam yang telah tertular HIV melalui hubungan homoseksual. Banyak yang telah mati.
"Saya telah bekerja dengan imam yang telah meninggal dengan AIDS," ujar Richard Sipe, seorang imam psikoterapis dan mantan, yang telah menghabiskan 40 tahun terakhir meneliti dan menulis tentang kebiasaan seksual rohaniwan Katolik. "Saya memperkirakan bahwa 750 imam sudah meninggal karena AIDS," kata Sipe, yang telah menganalisis ratusan kasus AIDS di imamat, dan percaya bahwa "lain 750 imam membawa virus HIV."

Gereja Respon
Tidak ada yang tahu persis berapa banyak imam memiliki virus AIDS atau telah meninggal karena penyakit ini. Namun upaya terakhir untuk mengetahui dilakukan oleh Kansas City Star.
Reporter Judy Thomas, yang telah mengumpulkan sertifikat kematian imam 'selama beberapa tahun terakhir, mengatakan, "Kami akan dapat dokumen bahwa setidaknya 300 imam telah meninggal karena AIDS -. Dan itu mungkin konservatif"
Tapi Suster Maryanne Walsh, juru bicara Konferensi Waligereja Katolik, suara resmi dari gereja di Amerika Serikat, kata ini hanya mewakili sebagian kecil imam.
"Ini sangat menarik perhatian saya bahwa siapa memiliki AIDS," kata Walsh. "Dan bahkan lebih sehingga kekhawatiran saya bahwa 300 para pemimpin gereja kami, para imam kami, akan AIDS." Tapi, ia menambahkan, "bahkan jika Anda dua kali lipat jumlah itu, Anda akan memiliki kurang dari 1 persen. Jadi saat Anda memiliki 300 cerita tragis di sana, Anda tidak memiliki tren di imamat. "
Meskipun AIDS dapat dikontrak dalam berbagai cara, termasuk ahli Sipes percaya banyak imam tertular penyakit melalui hubungan homoseksual.
Dalam buku baru laris, The Mengubah Wajah Imamat, Bapa Donald Cozzens, presiden seminari Katolik dihormati, mengatakan ada semacam persentase yang tinggi dari imam gay di gereja bahwa ia prihatin "imamat adalah atau menjadi gay profesi. "
Sipe juga, memperkirakan bahwa antara 25 persen dan 45 persen dari imam Amerika homoseksual dalam orientasi.
Suster Walsh mengatakan tidak hanya itu sulit untuk menemukan bukti untuk mendukung perkiraan pria gay di imamat, tetapi juga tidak relevan. "Tidak ada tujuan yang nyata dalam mengatakan apakah seseorang homoseksual atau heteroseksual," katanya. "Masalahnya adalah apakah mereka dapat membuat komitmen."
Memang, Gereja Katolik mengajarkan bahwa tidak ada dosa tentang memiliki orientasi gay atau keinginan homoseksual - apakah anda seorang imam atau tidak. Ini bertindak atas keinginan orang-orang bahwa gereja menganggap tidak wajar dan salah. Jadi, ketika seorang imam gay berhubungan seks, dia tidak hanya melanggar sumpah selibat nya, namun sangat kuat ajaran gereja moral homoseksualitas juga.

Mempersiapkan Selibat
Uskup Thomas Gumbleton, seorang pemimpin Katolik vokal liberal di Detroit, percaya imam kebanyakan mereka mempertahankan janji selibat. Tapi ia mengatakan banyak dari orang-orang yang gay. Gumbleton juga berpendapat bahwa sampai saat ini, Katolik seminaris gagal untuk mengajarkan para imam bagaimana mengintegrasikan seksualitas mereka dan tidak cukup mempersiapkan mereka untuk seumur hidup selibat.
Tetapi gereja telah membuat perubahan dramatis dalam dekade terakhir dalam cara membahas masalah-masalah seksual di seminari. Alih-alih menolak atau menindas hasrat seksual, seminari sekarang menggunakan psikologi progresif untuk membantu orang menangani secara terbuka dengan topik sekali tabu daya tarik seksual serta homoseksualitas.
Seminaris, misalnya, belajar bagaimana menyalurkan energi seksual mereka, dan itu baik-baik saja untuk merangkul orientasi homoseksual mereka. Mereka diajarkan yang intim, persahabatan non-seksual dapat membantu menjaga mereka dari melanggar sumpah mereka selibat.
Dan bahkan AIDS sekarang sedang serius ditangani oleh gereja.
"Yesus tidak bertanya bagaimana orang punya kusta," kata Pastor Dennis Rausch, seorang imam Miami yang melayani korban AIDS dan juga memiliki AIDS sendiri. "Kami tidak bertanya bagaimana mereka menjadi terinfeksi. Kami di sini berjalan dengan mereka -. Bukan untuk menghakimi mereka dalam perjalanan mereka "
Rausch masih memiliki pekerjaan dan bisa berbicara secara terbuka tentang penyakit di keuskupannya karena ia menolak untuk mendiskusikan bagaimana ia tertular HIV. Dengan diam, ia berharap untuk memutuskan hubungan antara homoseksual dan AIDS.
"Gereja telah bekerja keras untuk mengambil menyalahkan dan rasa bersalah dan malu dan tumbal dari orang dengan penyakit ini," katanya.
Tetapi tidak semua imam dengan AIDS merasa nyaman berbicara secara terbuka. Sering kali, homoseksualitas mereka dan mereka melanggar sumpah selibat mengutuk mereka, menjaga mereka dari mengatakan kebenaran tentang penyakit mereka, dan mencegah mereka dari menemukan dukungan yang mereka butuhkan.
"Aku merasa nyaman dengan apa yang saya lakukan," kata Roger, meskipun ia juga mengatakan kehidupan ganda ia hidup kadang-kadang masalah dia. "Jika orang ingin sempurna imam dan para menteri dan rabbi, pendeta yang sempurna, kami semua harus melepas kerah kami dan meninggalkan tempat kudus." Roger menambahkan, "I'ma imam yang baik. Saya HIV adalah hasil dari pilihan yang buruk saya membuat dalam hidup saya ... Dan itu tidak berarti bahwa saya punya apa-apa lagi untuk diberikan kepada Gereja ... Tuhan akan menilai saya - dengan segala kekuatan dan kelemahan bahwa Dia telah memberi saya.

SUMBER
http://www.answering-christianity.com/priests_with_aids.htm

Minggu, 17 April 2011

Waspadai Kekerasan Disekitar Kita



Banyak tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan terjadi di masyarakat. Tindak kekerasan itu mengakibatkan cacat fisik bahkan kematian korban. Trauma dan perasaan tertekan yang dirasakan korban tindak kekerasan juga membawa kerugian besar bagi diri sendiri dan lingkungan.
Sayangnya, tidak mudah menghapus tindak kekerasan yang terjadi dilingkup keluarga. Sejumlah faktor menjadi kendala upaya penghapusan tindak kekerasan. Faktor pertama, anggapan dikalangan masyarakat tentang hal tersebut. Sebagian masyarakat menganggap bahwa tindak kekerasan merupakan masalah internal keluarga sehingga warga enggan untuk mencegah dan meredam tidak kekerasan tadi. Faktor kedua cara pandang ( paradigma ) masyarakat tentang perempuan dan anak-anak. Perempuan dianggap sebagai pihak yang lemah dan harus selalu mengalah kepada laki-laki. Tindak kekerasan terhadap perempuan menurut anggapan masyarakat terjadi karena kesalahan yang dilakukan perempuan, sementara anak-anak dianggap sebagai milik orang tua. Anak boleh diperlakukan sesuka hati orang tuanya dengan alasan “mendidik anak”. Dua faktor yang berkelindan itu menyebabkan masyarakat tidak peka dan tidak peduli terhadap tindak kekerasan yang berlangsung disekitarya. Inilah yang membuat mata rantai kekerasan sukar diputuskan dan berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya.


Kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang berposisi kuat terhadap seseorang yang berposisi lemah sehingga menimbulkan penderitaan terhadap objek kekerasan. Pelaku kekerasan terhadap perempuan banyak dilakukan oleh suami, mantan ayah (kandung/tiri) , saudara laki-laki, dll. korban kekerasan adalah orang yang menderita karena tindakan kekerasan oleh orang lain, yang sering menjadi korban kekerasan adalah perempuan dan anak-anak. Biasanya perempuan yang menjadi korban kekerasan antara lain istri, anak perempuan, pacar, pekerja rumah tangga, TKW, dll


Menurut Meutia Farida para korban KDRT adalah perempuan-perempuan yang belum tersentuh pemberdayaan dalam segala hal terutama ekonomi dan tidak tahu cara mengatur ekonomi rumah tangga serta mengatur keuangan rumah tangga. Perempuan (istri) cenderung bertahan saat menghadapi kekerasan karena takut dengan pembalasan suami , untuk kepentingan anak, mempertahankan perkawinan, dll. Menurut para ahli penyebab terjadinya kekerasan antara lain dendam, stabilitas emosi yang rendah, cara mendidik anak yang otoriter, tradisi, dan modelling

HEBATNYA SHALAT GENERASI SHALEH DAHULU

‘Umar pingsan ketika ia ditikam, dan berdasarkan al-muswar bin makhramah, (bahwa ia berkata) “tidak ada yang dapat membangunkannya kecuali adzan, jika ia masih hidup”.
Mereka mengatakan kepadanya,
“Sholat telah usai, hai amirul mukminin!”
Maka ia bangun dan mengatakan,
“Sholatlah, demi Allah! sesungguhnya tidak ada bagian dalam islam bagi siapa saja yang meninggalkan sholat.”
(al-muswar berkata) “Dia menunaikan sholat sedangkan luka yang dideritanya mengucurkan darah.”
[Sifat as Safwah 2/131, As Siyar 5/220]

Setelah Ar-Rabi’ bin Khaytham lumpuh, ia masih tetap pergi ke mesjid dengan dibantu dua orang lelaki. Dikatakan kepadanya:
“Hai Abu Yazid! Kamu memiliki udzur untuk mendirikan sholat di rumahmu.”
Ia menjawab:
“Benar, tapi aku mendengar ajakan “hayya ‘alal falaah” (marilah kita menuju kemenangan), dan aku kira, bagi siapa yang mendengar hal ini, seharusnya menjawabnya walaupun dengan merangkak!”
[Hilyat al Awliya 2/113]

Adi bin Hatim (radhiallohu ‘anhu) mengatakan:
“Setiap kali datang waktu sholat, maka ia mendatangiku ketika aku bersemangat melakukannya dan aku siap untuk melakukannya (telah menyempurnakan wudhu).
[Az Zuhd by Ahmad, p. 249]

Abu Bakar bin Abdulloh Al-Muzani mengatakan,
“Siapa yang sepertimu, Hai Anak Adam, kapanpun kamu mengharapkan sesuatu, gunakanlah air untuk berwudhu, pergilah ke tempat shalat(mu) dan kemudian rasakanlah kehadiran Rabb-mu tanpa adanya penerjemah atau halangan antara dirimu dan diriNya.”
[Al Bidayah wa an Nihayah 9/256]

Abul Aliyah mengatakan,
“Aku akan bepergian beberapa hari untuk menemui seseorang, dan yang pertama kali akan kulihat darinya yaitu sholatnya. Jika ia mendirikan sholat dengan sempurna dan tepat waktu, maka aku akan bersamanya, dan mengambil ilmu darinya. Jika kutemukan ia tidak memperdulikan sholat, maka aku akan meninggalkannya dan mengatakan kepada diriku bahwa selain daripada itu (sholat), pastilah dia lebih tidak peduli lagi”

Salah seorang salaf mengatakan,
Ketika Ali bin Al-Husain menyempurnakan wudhunya, rona- wajahnya berubah. Maka keluarganya menannyakan kepadanya tentang hal ini, maka ia menjawab,
“Tahukah kamu Siapa yang kelak akan ku temui?”
Yazid bin Abdulloh ditanya, ”
Apakah sebaiknya kita menambahkan atap kepada mesjid kita ini?” maka ia menjawab, “murnikanlah hatimu maka mesjidmu akan mencukupkanmu”
[Hilyat al Awliya 2/312]



Adi bin Hatim (radhiallohu ‘anhu) mengatakan,
“Sejak aku menjadi seorang muslim, aku selalu memastikan bahwa aku telah berwudhu ketika adzan dikumandangkan”
[As Siyar 3/160]

Ubayd bin Ja’far mengatakan,
“Aku tidak pernah melihat pamanku, Bishr bin Masnur, melewatakan takbir pertama (takbiratul ihram)…”
[Sifat as Safwah 3/376]

Ibnu Sama’ah berkata,
“Selama empat puluh tahun, aku hanya sekali melewatkan takbir tahrimah (takbir pertama), yaitu ketika wafatnya ibuku”
[As Siyar 10/646]

Sufyan bin ‘Uyaynah berkata,
“Termasuk menghormati sholat yaitu datang sebelum iqomah dikumandangkan”
[Sifat as Safwah 2/235]

Maymun bin Mahran terlambat datang ke mesjid dan ketika orang-orang memberitahunya bahwa mereka telah menyempurnakan (menyelesaikan) sholat, maka ia mengatakan,
“Inna lilaahi wa inna ilayhi rååji’uun… (Kita semua adalah milik Allah, dan kepadaNya lah kita akan kembali)! Aku lebih memilih hadir untuk sholat berjama’ah ketimbang menjadi gubernur iraq!”
[Mukashafat al Qulub p 364]

Yunus bin ‘Abdulloh mengatakan,
“Apa yang terjadi padaku? Ketika aku kehilangan ayamku, aku merasa khawatir, tapi ketika aku melewatkan sholat berjama’ah, itu tidak menjadikanku bersedih hati”
[Hilyat al Awliya, 3/19]

Umar mengatakan, ketika ia berdiri diatas mimbar,
“Orang-orang mungkin memiliki rambut putih dalam islam (– disebabkan karena ia telah lama memeluk islam (muslim) sampai ia berumur lanjut–), belum pernah menyempurnakan satu pun ibadah kepada Allah Yang Maha Agung! diapun ditanya “kenapa begitu?” Ia mengatakan, “Ia tidak menyempurnakan sholatnya, karena sholat diperlukan adanya khusyu’, khidmat (sungguh-sungguh), serta menghadirkan hatinya kepada Allah”
[Al-Ihya 10/202]

Hammad bin Salamah mengatakan,
“Aku tidak pernah berdiri untuk sholat tanpa membayangkan bahwa jahannam ada dihadapanku”
[Tadhkirat al Huffadh 1/219]

Muadz bin Jabal menasehati anaknya,
“Hai anakku! Sholatlah seperti sholatnya orang yang akan pergi, dan bayangkanlah bahwa engkau tidak akan sholat lagi. Ketahuilah, bahwa seorang muslim itu mati diantara dua kebaikan, satu keika ia mengerjakan (kebaikan/ibadah)nya, dan satu lagi ketika ia sedang berniat mengerjakannya.”
[Sifatush Shafwah 1/496]

Bakar Al-Muzani berkata,
“Jika engkau ingin sholatmu bermanfaat bagimu, katakan kepada dirimu, “aku tidak akan memiliki kesempatan untuk melaksanakan sholat lagi (sholat berikutnya)”
[Jami` al `Ulum wal Hikam, p 466.]

Shubrumah mengatakan,
“Kami menemani Karz Al-Haritsi ketika safar. Kapansaja ia menentukan tenda dalam satu daerah, ia sering kali mengeceknya dengan seksama, dan ketika ia menemukan tanah yang ia suka, maka ia akan pergi kesana dan terus sholat disana, hingga telah datang waktu untuk meninggalkannya (tempat tersebut).”
[Sifat as Safwah 3/120]

Al-Qosim bin Muhammad mengatakan,
“Kapansaja aku berjalan pada waktu pagi, Aku selalu menemui ‘A-isyah radhiallohu ‘anha (bibinya), dan menyapanya. Suatu ketika, aku mendapatinya sedang melaksanakan sholat dhuha, membaca ayat ini berulang-kali, menangis dan memohon kepada Allah, “Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. (At-Tur 52:27)” Aku tetap berdiri, hingga aku merasa bosan, maka aku meninggalkannya, dan pergi kepasar untuk melakukan sesuatu, dan mengatakan kepada diriku, “ketika aku menyelesaikannya, maka aku akan kembali (ke kediaman ‘a-isyah radhiallohu ‘anha). Ketika aku menelesaikannya, aku masih mendapatinya berdiri didalam sholatnya, membaca ayat yang sama, menangis dan memohon kepada Allah”
[Al Ihya 4/436]

Maymun bin Hayyan mengatakan,
“Aku tidak pernah melihat Muslim bin Yasar menggerakkan kepalanya ketika ia sedang sholat, apakah sholat yang ringan maupun panjang. Pernah sekali, ada salah satu bagian mesjid yang runtuh, bunyi reruntuhan itu sampai-sampai menyebabkan orang-orang dipasar ketakutan, sedangkan ia, tidak takut, bahkan tidak menggerakkan kepalanya dan tetap dalam sholatnya”
[Az Zuhd by Imam Ahmad p 359]

Salah seorang salaf mengatakan,
“Aku menemani ‘Atho bin Robah selama delapanbelas tahun. Ketika ia tua renta, ia sering berdiri dalam sholatnya dan membaca sekitar DUA RATUS AYAT dari surat al-baqoroh sambil berdiri dengan teguh dan mantap, sampai-sampai tidak ada anggota tubuhnya terlihat bergerak”
[As Siyar 5/87, Sifat as Safwah 2/213]

Abu Bakar bin ‘Aiyash mengatakan,
“Jika engkau melihat Habib bin Abu Tsabit dalam sujudnya, maka kamu akan mengira ia telah wafat karena lamanya sujudnya.”
[As Siyar 5/291]

Ali bin Al-Fudhoil berkata,
“Aku melihat Ats-Tsauri dalam sujudnya ketika ia sholat, dan aku pun melaksanakan tawaf mengelilingi ka’bah tujuh kali sampai ia mengangkat kepalanya dari sujudnya”
[As Siyar 7/277]

Ketika Hatim Al-Asamm ditanyakan tentang sholatnya, ia mengatakan,
“Ketika telah dekat waktu untuk sholat, maka aku menyempurnakan wudhuku, dan pergi kemana aku akan melaksanakan sholatku (mesjid). Kemudian aku berdiri dan sholat, membayangkan bahwa ka’bah ada dihadapanku, surga ada disebelah kananku, neraka ada disebelah kiriku, dan malaikat maut ada dibelakangku. Aku membayangkan bahwa itulah sholat terakhir yang akan aku kerjakan, aku berdiri dengan penuh harap (terhadap Jannah-Nya dan pahala-Nya). dan takut (Neraka-Nya) dan mengumandangkan takbir disertai niat yang tulus dan ikhlas. Aku membacakan al-qur’an dengan pelan, aku ruku’ dengan merendahkan hati, kemudian sujud dengan khusyu’ dan kemudian duduk diatas kaki kiriku, dengan kaki kiriku terbaring ditanah dan meluruskan kaki kananku (iftirasy’) dan sholat dengan penuh keikhlasan. Kemudian, aku tidak tahu apakah sholaku telah Diterima-Nya.
[Al Ihya 1/179]

Minggu, 10 April 2011

GELOMBANG BADAI FITNAH oleh HABIB RIZIEQ FPI

Sejujurnya, dunia dewasa ini menawarkan jebakan fitnah secara lengkap. Fitnah meliputi segenap aspek kehidupan manusia modern. Fitnah dapat ditemukan dalam aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pendidikan, medis, militer, pertahanan keamanan, media-massa, hiburan, olah-raga bahkan pemahaman dan pelaksanaan ajaran agama…! Singkat kata, rangkaian fitnah yang menyebabkan dunia modern menjadi laksana sepenggalan malam yang gelap-gulita, telah membentuk dirinya menjadi sebuah peradaban dunia yang penuh kezaliman dan penyimpangan dari petunjuk Allah, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam raya.

Pantaslah bilamana seorang penulis muslim berkebangsaan Inggris bernama Ahmad Thomson menyebut dunia modern sebagai sebuah Sistem Dajjal. Ia menulis di dalam bukunya: Dajjal memiliki tiga sisi/aspek:
  • Dajjal sebagai oknum.
  • Dajjal sebagai gejala sosial budaya global.
  • Dajjal sebagai kekuatan yang tidak tampak/kekuatan gaib/kekuatan sihir.
Menurut pendapat ulama, dua aspek yang terakhir akan didirikan sebelum Dajjal sebagai oknum muncul. Artinya, ia akan muncul ketika sistem pendukung yang dibutuhkan berada di tempatnya di seluruh dunia baik secara langsung atau tidak langsung. (Sistem Dajjal; Ahmad Thomson; Penerbit Semesta, halaman 1)

Yang lebih mengkhawatirkan lagi ialah kenyataan bahwa berdasarkan sebuah hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam ternyata kondisi masyarakat dunia dewasa ini telah memenuhi dua pra-syarat menjelang keluarnya Ad-Dajjal. Pertama, kebanyakan manusia sudah tidak peduli membicarakan persoalan Ad-Dajjal. Dan kedua, bahkan para juru da’wah-pun sudah tidak memperingatkan ummat akan betapa bahayanya puncak fitnah tersebut.

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَخْرُجُ الدَّجَّالُ حَتَّى يَذْهَلَ النَّاسُ عَنْ ذِكْرِهِ وَ حَتَّى تَتْرُكَ الْأَئِمَّةُ ذِكْرَهُ عَلَى الْمَنَابِرِ

Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda, “Ad-Dajjal tidak akan keluar sampai manusia tidak lagi menyebut-nyebutnya dan sampai para Imam tidak lagi menyebutkannya di atas mimbar-mimbar." (HR. Ahmad No. 16073)

Manusia modern menganggap pembicaraan soal Ad-Dajjal merupakan pembicaraan yang tidak realistik dan bermuatan mitos atau legenda. Barangsiapa membicarakan soal urusan yang satu ini pasti dianggap orang aneh dan ketinggalan zaman alias orang jadul (zaman dulu). Padahal para sahabat justeru sangat peduli sehingga urusan Ad-Dajjal sering masuk dalam obrolan di antara sesama mereka. Demikian pula para penyeru da’wah, ustadz, imam, kyai, pemuka agama, ulama dan muballigh di atas mimbar-mimbar dewasa ini semakin sedikit yang memandang penting memperingatkan ummat akan bahaya puncak fitnah ini. Padahal tidak seorang Nabi-pun yang diutus Allah kecuali telah memperingatkan ummatnya masing-masing akan bahayanya. Dan peradaban dunia modern yang dikomandani kaum kuffar Barat sangat cocok untuk dijuluki sebagai sebuah Sistem Dajjal.

Bila kita memahami masalah di atas dengan jujur dan obyektif, niscaya kita dapat mengerti mengapa begitu banyak masalah pelik terjadi di negeri ini bahkan di seluruh dunia. Ideologi yang ditawarkan ialah materialisme, sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Politiknya Machiavelli (tujuan menghalalkan segala cara) dan Demokrasi (bukan Allah yang berdaulat melainkan manusia). Ekonominya ribawi-yahudi (mengandalkan bunga bank). Tatanan sosialnya berhirarki alias berkasta (sesama manusia saling menyembah/menghamba satu sama lain). Hukumnya mengabaikan hukum Allah berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah (yang berlaku hukum bikinan manusia alias hukum thaghut).

Budayanya hedonisme (menghamba kepada pemenuhan hawa nafsu). Militernya berprinsip right or wrong is my country (tidak bertujuan hidup mulia di bawah naungan syariat atau mati syahid). Media-massa mempunyai motto bad news is good news sehingga cenderung tebar fitnah, gosip, fenomona kemusyrikan, kekerasan, glamour dan seks bebas. Sedangkan praktek beragama masyarakat cenderung taqlid alias asal melestarikan tradisi nenek-moyang, bukan merujuk kepada petunjuk Allah dan RasulNya sehingga fenomena pengkultusan para pemuka agama merebak.

Dalam keadaan dunia kacau dan sarat kezaliman seperti sekarang ini sangatlah mungkin bila oknum Ad-Dajjal tampil ke panggung dunia menipu, menyihir dan mengelabui ummat manusia. Dengan mudah ia akan disambut dan dipandang sebagai sang penyelamat oleh para pengelola dunia modern yang hakikatnya telah lama mempersiapkan peradabannya menjadi sebuah Sistem Dajjal. Saudaraku, waspadalah. Kita sedang hidup di era menjelang hadirnya puncak fitnah.

اللهم إني أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan kematian serta dari jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal" (HR. Muslim No. 924)

Hidup di dunia merupakan sebuah perjalanan panjang menghadapi ujian dari waktu ke waktu. Setiap orang yang mengaku beriman pasti diuji Allah dalam hidupnya. Jika seseorang tidak mau diuji caranya mudah. Tinggalkan saja pengakuan diri sebagai seorang beriman. Selesai, dia tidak bakal diuji lagi oleh Allah. Sehingga syaithan-pun tertawa, dan itu berarti pekerjaan syaithan sudah selesai terhadap orang itu karena ia lebih memilih kekafiran sebagai jalan hidup daripada keimanan. Namun bagi seorang yang mengaku beriman, maka mustahil ia dapat menghindari ujian dalam hidupnya. Sebab Allah memang sengaja menghadapkannya kepada ujian hidup agar tersingkap siapa sesungguhnya dirinya. Apakah ia seorang yang jujur dalam pengakuan keimanannya? Ataukah ia sekedar lip service alias dusta yakni manis di mulut namun faktanya berperilaku, bersikap, berfikir layaknya seorang yang tidak beriman.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ ﴿٣﴾

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut [29] 2-3)

Jadi, Allah menyajikan fitnah atau ujian bagi orang beriman supaya menjadi jelas siapa jatidiri sesungguhnya di mata Allah. Apakah ia seorang muslim-mukmin yang jujur ataukah muslim yang dusta. Dan bila tingkat kedustaannya sedemikian mendasar dan meluas, maka bukan mustahil ia bahkan akan dinilai Allah sebagai seorang munafiq. Wa na’udzubillaahi min dzaalika. Sebab di antara ciri orang beriman sejati ialah mustahil berdusta.

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ جَبَانًا فَقَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ
بَخِيلًا فَقَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ كَذَّابًا فَقَالَ لَا

Telah menceritakan kepadaku Malik dari Shafwan bin Sulaim berkata; "Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut?" Beliau menjawab: 'Ya." Kemudian ditanya lagi; "Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil?" Beliau menjawab: "Ya." Lalu ditanyakan lagi; "Apakah seorang mukmin bisa menjadi pembohong?" Beliau menjawab: "Tidak." (HR. Malik No. 1571)

Ujian paling berat dalam kehidupan di dunia ialah sosok Ad-Dajjal. Semenjak manusia pertama dihadirkan ke muka bumi hingga datangnya hari Kiamat ummat manusia tidak dihadapkan kepada fitnah yang lebih dahsyat daripada fitnah Ad-Dajjal.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَهْبَطَ اللَّهُ إِلَى الأَرْضِ مُنْذُ خَلَقَ آدَمَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ فِتْنَةً أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ

“Allah tidak menurunkan ke muka bumi —sejak penciptaan Adam as hingga hari Kiamat— fitnah yang lebih dahsyat daripada fitnah Ad-Dajjal.” (HR. Thabrani No. 1672)

Sedemikian seriusnya urusuan ini sehingga Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam menegaskan bahwa para Nabiyullah sebelum beliau selalu memperingatkan ummatnya masing-masing akan bahaya fitnah Ad-Dajjal. Tidak ada seorang Nabipun yang diutus Allah ke muka bumi kecuali memperingatkan ummatnya akan puncak fitnah tersebut.

خَطَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَأَطْنَبَ فِي ذِكْرِهِ ثُمَّ قَالَ مَا بَعَثَ اللَّهُ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا قَدْ أَنْذَرَهُ أُمَّتَهُ لَقَدْ أَنْذَرَهُ نُوحٌ أُمَّتَهُ وَالنَّبِيُّونَ مِنْ بَعْدِهِ

Pada saat Haji Wada' Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam berkhutbah, beliau menyebut-nyebut Al-Masih Ad-Dajjal kemudian beliau terus menyebutnya berulang kali hingga beliau bersabda: "Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan telah memperingatkan umatnya tentang Dajjal. Dan Nabi Nuh ’alaihis-salam telah menperingatkan hal itu kepada umatnya, juga para Nabi yang datang sesudahnya." (HR. Ahmad No. 5909)

Para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Salam juga sangat peduli dengan urusan puncak fitnah ini. Sehingga dalam obrolanpun mereka biasa memperbincangkan persoalan Ad-Dajjal. Sungguh berbeda dengan obrolan manusia di era yang katanya modern ini.

ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ

Dajjal disebut-sebut di dekat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam lalu beliau bersabda, "Sungguh fitnah sebagian dari kalian lebih aku takutkan dari fitnahnya Dajjal. Dan tiada seseorang dapat selamat dari aneka fitnah sebelum fitnah Ad-Dajjal melainkan pasti selamat pula darinya (fitnah Ad-Dajjal) setelahnya. Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini —baik kecil ataupun besar— kecuali untuk menyambut fitnah Ad-Dajjal." (HR. Ahmad No. 22215)

Berdasarkan hadits di atas berarti kondisi fitnah di dunia akan kian memuncak seiring dengan semakin dekatnya saat keluarnya Ad-Dajjal. Sungguh kita wajib waspada menghadapi keadaan dunia saat menjelang munculnya puncak fitnah tersebut. Sehingga Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: Dan tiada seseorang dapat selamat dari aneka fitnah sebelum fitnah Ad-Dajjal melainkan pasti selamat pula darinya (fitnah Ad-Dajjal) setelahnya. Yang berarti hal sebaliknyapun bakal terjadi: Barangsiapa yang terjatuh ke dalam jeratan aneka fitnah sebelum fitnah Ad-Dajjal, niscaya ia bakal terjatuh ke dalam jeratan fitnah Ad-Dajjal sesudahnya.

Sungguh, keadaan dunia dewasa ini sedemikian diselimuti oleh aneka fitnah sehingga banyak sekali ummat manusia yang terjerat ke dalamnya, tanpa kecuali sebagian kaum muslimin yang mengaku beriman. Dan celakanya, tidak sedikit di antara mereka yang menganggap ringan akan hal ini. Padahal ada yang sampai terjerat fitnah yang bukan saja mengakibatkan dirinya menjadi berdosa —di sisi Allah— secara biasa-biasa saja. Melainkan ia telah terjerat ke dalam fitnah yang mengakibatkan batalnya (terhapusnya) eksistensi iman dirinya di mata Allah. Wa na’udzubillah min dzaalika.

بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan paginya menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia." (HR. Ahmad No. 8493)

Kamis, 07 April 2011

CAHAYA SHALAT KHUSYU

Rasulullah s.a.w. bersabda

قال النبي صلى الله عليه وسلم ( أول شيء يرفع من هذه الأمة الخشوع ، حتى لا ترى فيها خاشعا .)

Yang pertama akan hilang Dari umatku adalah khusyu’, hingga kalian tidak lagi melihat orang khusyu’. (H.R. Tabrani. Sahih)

Hudzaifah pernah berkata: Apa yang pertama hilang dari agama kalian adalah khusyu’, dan apa yang paling akhir hilang dari agama kalian adalah sholat, banyak orang sholat tapi tidak ada kebaikan pada mereka, kalian nanti akan masuk masjid dan tidak ada lagi orang khusyu’” (al-Madarij 1/521).

Maka khsyu’ ini juga merupakan salah satu sifat orang beriman. Allah berfirman:

{ قد أفلح المؤمنون الذين هم في صلاتهم خاشعون }

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, [yaitu] orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.

Ibnu Katsir mengatakan: khusyu’ adalah tidak bergerak, tenang, penuh tawadlu’ karena disebabkan takut kepada Allah dan perasaan diawasi Allah. Khusyu’ adalah sadarnya hati seakan berdiri di depat Allah dengan penuh penghormatan, pengabdian. (al-Madarij 1/520).

Tempat khusyu’ adalah di dalam hati dan membekas ke seluruh tubuh manusia. Kalau hati sudah tidak khusyu’ maka seluruh anggota tubuh tidak lagi beribadah secara serius karena hati ibarat komandonya dan anggota badan adalah tentaranya.

Khusyu’ juga menjadi bukti keikhlasan. Karena hanya mereka yang ikhlash ibadah karena Allah dan sholat karenaNya yang dapat melakukan khusyu’ secara sempurna. Tanpa keikhlasan, maka seseorang hanya melakukan kekhusyu’an palsu atau yang sering disebut kekhusyu’an dusta.

Ibnu Qayyim mengatakan ada dua jenis khusyu’, yaitu khusyu’ iman dan khusyu’ munafik.
khusyu’ Iman adalah hatinya menghadap Allah dengan penghormatan, pengagungan, ketenangan, penuh harapan dan rasa malu, lalu hatinya penuh dengan cinta dan pengakuan kepada Allah yang membekas ke seluruh anggota badannya

Adapun khusyu’ munafik adalah fisiknya khusyu’ tapi hatinya tidak. Para sahabat sering berdoa: Ya Allah lindungilah aku dari khusyu’ munafik. (Ruh 314).

Ulama mengatakan bahwa hukum khusyu’ adalah wajib, karena banyaknya dalil yang menganjurkan khusyu’ dan mencela orang yang tidak khusyu’ dalam sholat.

Rasulullah s.a.w. bersabda:”Lima sholat yang diwajibkan oleh Allah, barang siapa memperbaiki wudlunya dan melaksanakan sholat pada waktunya, menyempurnakan ruku’nya dan kekhusyu’annya, maka ia mendapatkan janji Allah untuk mengampuninya. Barang siapa tidak melakukan itu, maka ia tidak mendapatkan janji Allah, kalau Allah berkehendak maka Mengampuninya, kalau Allah berkehendak maka akan menyiksanya.” (H.R. Abu Dawud – sahih)

Dalam hadist lain Rasulullah s.a.w. bersabda:”Barang siapa berwudlu dan memperbaiki wudlunya kemudaian ia sholat dua rakaat, ia konsentrasikan hati dan wajahnya (dan tidak diganggu oleh nafsunya), maka ia akan diampuni dosanya yang telah telah lewat. (H.R. Bukhari).



Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda:”Banyak sekali orang yang sholat hanya mendapatkan capek berdiri” (H.R. Nasai: hasan).

Tip menghadirkan khusyu dalam sholat

Menghadirkan khusyu’ dalam sholat dalam dilakukan melalui dua cara. Pertama: mengupayakan amalan-amalan yang merangsang kekhusyu’an dan kedua: menghilangkan hal-hal yang merusak kekhusyu’an.
Adapun amalan-amalan yang mengantarkan kepada kekhusyu’an adalah sbb:

1. Persiapkan diri untuk sholat. Itu dimulai dengan mendengarkan adzan dan mengikutinya, berdoa adzan, memperbaiki wudlu, berdoa setalah wudlu, melakukan siwak sebelum sholat, mempesiapkan baji sholat, tempat sholat dan menunggu waktu sholat. Bukan bergegas sholat ketika waktu hampir lewat.

2. Thoma’ninah: yaitu berhenti sejenak pada setiap rukun-rukun sholat. Dalam hadist diriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. ketika sholat, beliau melakukan thma’ninah hingga semua anggota badan beliau kembali pada tempatnya. (H.R. Abu Dawud dll.) Dalam hadist lain Rasulullah s.a.w. bersabda:”Seburuk-buruk pencuri adalah pencuri sholat. Bagaimana itu wahai Rasulullah, tanya sahabat. “Mereka yang tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya. (H.R. Ahmad dan Hakim: sahih). Seseorang tidak akan bisa khusyu’ tanpa thoma’ninah ini karena cepatnya pergerakan sholat telah menghilangkan kekhusyu’an dan konsentrasi hati.

3. Ingat kematian saat sholat. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:”Ingatlah mati saat kamu sholat, sesungguhnya seseorang yang ingat mati saat sholat maka ia akan memperbaiki sholatnya, dan sholatlah seperti sholatnya orang yang mengira itu sholatnya yang terakhir” (Dailami: sahih). Rasul juga pernah berpesan kepada Abu Ayub r.a. “Sholatlah seperti sholatnya orang yang pamitan” (Ahmad: sahih).

4. Tadabbur (menghayati) ayat-ayat Quran yang dibaca saat sholat, begitu juga dzikir-dzikir dan bacaan sholat lainnya lainnya serta menyerapkannya dalam diri mushalli.

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ (29)

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (Shad:29).

Dari Hudzaifah r.a. :Aku sholat di belakang Rasulullah s.a.w., satu malam. Beliau membaca dengan bebas. Ketika melewati ayat di dalamnya ada tasbih, beliau bertasbih, ketika melewati ayat permintaan beliau meminta dan ketika melewati ayat minta perlindungan, beliau pun meminta perlindungan” (Muslim).

Tadabbur dan tafakkur terhadap ayat-ayat Allah merupakan pengantar kekhusyu’an. Begitu juga menangis saat mendengar atau membaca ayat-ayat Allah. Allah berfirman:

وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا

Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.(Isra’:109).

FITNAH DAJJAL DI PENGHUJUNG FITNAH DUHAIMA


Salah satu persoalan yang perlu mendapat perhatian serius tentang huru-hara menjelang kiamat adalah fenomena Fitnah Duhaima’. Duhaima’ yang bermakna kelam atau gelap gulita merupakan satu fitnah yang mengiringi kedatangan Dajjal. Maka menjadi suatu hal yang sangat urgen untuk mengetahui hakikat dan bentuk dari fitnah ini. Sebagian ulama menyatakan bahwa fitnah ini belum terjadi dan sebagian lainnya mengatakan bahwa ia sudah (sedang) terjadi.

Riwayat yang menyebutkan akan terjadinya fitnah ini adalah sebagaimana yang dikisahkan dari Abdullah bin ‘Umar bahwasanya ia berkata :

“Suatu ketika kami duduk-duduk di hadapan Rasulullah saw memperbincangkan soal berbagai fitnah, beliau pun banyak bercerita mengenainya. Sehingga beliau juga menyebut tentang Fitnah Ahlas. Maka, seseorang bertanya: ‘Apa yang dimaksud dengan fitnah Ahlas?’ Beliau menjawab : ‘Yaitu fitnah pelarian dan peperangan. Kemudian Fitnah Sarra’, kotoran atau asapnya berasal dari bawah kaki seseorang dari Ahlubaitku, ia mengaku dariku, padahal bukan dariku, karena sesungguhnya waliku hanyalah orang-orang yang bertakwa. Kemudian manusia bersepakat pada seseorang seperti bertemunya pinggul di tulang rusuk, kemudian Fitnah Duhaima’ yang tidak membiarkan ada seseorang dari umat ini kecuali dihantamnya. Jika dikatakan : ‘Ia telah selesai’, maka ia justru berlanjut, di dalamnya seorang pria pada pagi hari beriman, tetapi pada sore hari men­jadi kafir, sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah, kemah keimanan yang tidak mengandung kemunafikan dan kemah kemunafikan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu atau besoknya.[1]

Jika melihat dari teks yang menjelaskan berbagai bentuk fitnah di atas, nampaknya hakikat dan terjadinya fitnah-fitnah tersebut saling berhubungan satu sama lain. Peristiwa yang satu akan menjadi penyebab munculnya fitnah berikutnya. Sebagaimana tersebut dalam nash di atas, beliau mengungkapkan dengan kalimat “tsumma” yang bermakna kemudian. Ini menunjukkan bahwa fitnah-fitnah tersebut akan terjadi dalam beberapa waktu, yang ketika hampir berakhir atau masih terus terjadi hingga puncaknya, maka dilanjutkan dengan fitnah berikutnya. Kalimat “tsumma” menunjukkan jeda waktu yang tidak pasti, namun menunjukkan makna “tartib” (kejadian yang berurutan).

Fitnah pertama yang beliau sebutkan adalah Fitnah Ahlas. Tentang realita fitnah Ahlas ini, sebagian ada yang berpendapat bahwa ia sudah terjadi semenjak zaman para sahabat, dimana Al-Faruq ‘Umar bin Khaththab adalah merupakan dinding pembatas antara kaum Muslim­in dengan fitnah ini, sebagaimana yang diterangkan Nabi saw ketika beliau berkata kepada ‘Umar: “Sesungguhnya antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu yang akan hancur.”[2] Dan sabda Rasul saw ini memang menjadi kenyataan dimana ketika ‘Umar baru saja meninggal dunia, hancurlah pintu tersebut dan terbukalah fitnah ini terhadap kaum Muslimin dan ia tidak pernah berhenti sampai sekarang ini. Sejak wafatnya Umar Ibnul Khaththab, maka kaum muslimin terus ditempeli dengan fitnah tersebut.

Adapun Fitnatu Sarra’, maka Imam Ali Al-Qaari menyatakan yang dimaksud dengan fitnah ini adalah nikmat yang menyenangkan manusia, berupa kesehatan, kekayaan, selamat dari musibah dan bencana. Fitnah ini disambungkan dengan sarra’ karena terjadinya disebabkan timbul / adanya berbagai kemaksiatan karena kehidupan yang mewah, atau karena kekayaan tersebut menyenangkan musuh.

Selanjutnya tentang Fitnah Duhaima. Kata duhaima’ merupakan bentuk tasghir (pengecilan) dari kata dahma’, yang berarti hitam kelam dan gelap. Fitnah ini akan meluas mengenai seluruh umat ini. Meskipun manusia menyatakan fitnah tersebut telah berhenti, ia akan terus berlangsung dan bahkan mencapai puncaknya. [3]
Ada beberapa ciri khusus dari fitnah ini yang tidak dimiliki oleh fitnah sebelumnya.
  1. Fitnah ini akan menghantam semua umat Islam (lebih khusus lagi adalah bangsa Arab). Tidak seorangpun dari warga muslim yang akan terbebas dari fitnah ini. Beliau menggunakan lafadz “lathama” yang bermakna menghantam, atau memukul bagian wajah dengan telapak tangan (menempeleng/menampar). Kalimat ini merupakan gambaran sebuah fitnah yang sangat keras dan ganas.
  2. Fitnah ini akan terus memanjang, dan tidak diketahui oleh manusia kapan ia akan berakhir. Bahkan ketika manusia ada yang berkata bahwa fitnah itu sudah berhenti, yang terjadi justru sebaliknya; ia akan terus memanjang dan sulit diprediksi kapan berhentinya. Inilah maksud ucapan beliau : Jika dikatakan : ‘Ia telah selesai’, maka ia justru berlanjut.
  3. Efek yang ditimbulkan oleh fitnah ini adalah yaitu munculnya sekelompok manusia yang di waktu pagi masih memiliki iman, namun di sore hari telah menjadi kafir. Ini merupakan sebuah gambaran tentang kedahsyatan fitnah tersebut. Fitnah ini akan mencabut keimanan seseorang hanya dalam bilangan satu hari, dan ini juga merupakan sebuah gambaran betapa cepatnya kondisi seseorang itu berubah.
  4. Beliau menjelaskan bahwa proses terjadinya kemurtadan pada sebagian umat Islam yang begitu cepat itu akan terus berlangsung dalam waktu yang tidak diketahui. Manusia terus berguguran satu persatu dalam kekufuran, dan puncak dari kejadian ini adalah terbelahnya manusia dalam dua kelompok (fusthathain); kelompok iman yang tidak tercampur dengan kenifakan dan kelompok munafik yang tidak memiliki keimanan.
Benarkah Fitnah Duhaima’ ini sudah terjadi?

Sebagian pemerhati hadits-hadits fitnah berpendapat bahwa fitnah duhaima’ itu sudah terjadi dan terus berlangsung. Di antara realita dari fitnah tersebut adalah:
  1. Fitnah demokrasi yang dipaksakan oleh barat kepada dunia. Sebenarnya demokrasi sudah dimulai dari Prancis pada sekitar abad 18. Saat itu ideologi demokrasi dengan pemilu sebagai produk turunannya belum ‘laku’ dan tidak banyak dilirik banyak manusia. Barulah di abad 20 ideologi itu mulai diterima, bahkan di awal abad 21, negara barat ‘memaksakan’ agar seluruh dunia menggunakan sistem tersebut sebagai ideologi yang harus dipakai oleh setiap negara. Ideologi yang menjadikan keputusan berada di tangan rakyat -tanpa memperhatikan apakah sesuai dengan hukum Islam atau justru bertolakbelakang- jelas merupakan sebuah ideologi kufur yang ditentang oleh para ulama. Tidak sedikit ulama yang telah mengupas akan kekafiran sistem ini, dimana Allah tidak boleh ‘terlibat’ dalam sebuah keputusan undang-undang. Dan sebagaimana realita yang ada, ideologi ini mulai menjangkiti beberapa negara dengan mayoritas muslim yang sebelumnya menolak untuk dijadikan sebagai landasan bernegara.
  2. Pendapat lain tentang makna fitnah Duhaima’ adalah fitnah perang terhadap terorisme yang sebenarnya bermakna perang terhadap Islam dan umat Islam, terkhusus umat Islam yang memiliki jalan jihad sebagai cara untuk menegakkan agama (iqamatuddin).
Dalam hal ini, jika fitnah Duhaima’ dimaknai dengan fitnah demokrasi, maka fenomena terjerumusnya umat pada kekufuran juga sangat nyata. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa demokrasi merupakan ideologi kufur yang tidak menghendaki campur tangan Allah dalam urusan manusia dengan dunianya. Keengganan sekelompok masyarakat untuk menjadikan hukum Allah sebagai aturan hidup dan menjadikan pendapat mayoritas sebagai acuan dalam mengambil setiap aturan hidup merupakan bentuk kesyirikan nyata.



Dengan demikian, besar kemungkinan semua pihak yang turut mengambil bagian dalam tegaknya sistem demokrasi ala barat ini akan terjerumus dalam lubang kekafiran. Dan realita seperti inilah yang kebanyakan tidak disadari oleh banyak manusia. Wal iyadz billah.

Wallahu A’lam bish shawab, untuk sementara pendapat tentang fitnah Duhaima’ yang bermakna ideologi demokrasi sekuler liberal dan perang melawan umat Islam atas nama pemberantasan terorisme barangkali merupakan pendapat yang lebih dekat kepada kebenaran dari pada fitnah televise dan hiburan. Dan sesungguhnya, pemaksaan ideologi demokrasi sekuler liberal sebenarnya juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan fitnah terorisme ini. Karena pemaksaan demokrasi sekuler liberal dengan sendirinya merupakan perang terhadap konsep khilafah dan kewajiban kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah yang hari ini menjadi cita-cita kelompok yang tertuduh sebagai teroris itu. Wallahu A’lam bish shawab.

Keluarnya dajjal di ujung Fitnah Duhaima’?

Berdasarkan riwayat di atas, Dajjal akan keluar untuk yang terakhirnya kalinya di penghujung fitnah Duhaima’ ini. Lalu, jika benar fitnah demokrasi dan perang melawan terorisme merupakan fitnah Duhaima’, dimana korelasinya dengan kemunculan Dajjal dan bagaimana kita dapat mengetahuinya?

Jika melihat dari periodesasi umat Islam yang dimulai dari fase nubuwah, kemudian fase khilafah nabawiyah (khulafaaur rasyidin), kemudian fase mulkan adhud (yang dimulai dari bani Umayyah hingga Turki Utsmani), lalu dilanjutkan dengan mulkan Jabbar (kekuasaan diktator) yang berakhir dengan munculnya ideologi demokrasi, maka fase kemenangan ideologi demokrasi merupakan tanda dekatnya janji Rasulullah saw. akan kemunculan fase khilafah rasyidah nabawiyah ‘alamiyah (dalam skala internasional). Sebab, Rasulullah saw. menyebutkan akan kemunculan khilafah rasyidah ini setelah tumbangnya mulkan jabbar. Dengan kata lain, kehadiran ideologi demokrasi yang menumbangkan mulkan jabbar justru menjadi tanda semakin dekatnya kebangkitan Islam yang ditandai dengan khilafah rasyidah dengan Imam Mahdi sebagai pemimpin tertinggi kaum muslimin.[4]

Kemunculan Imam Mahdi dengan ideologi garis keras dan fundamental yang menginginkan syari’at Islam sebagai satu-satunya aturan hidup manusia, sudah pasti akan meruntuhkan ideologi demokrasi dengan semua turunannya (liberalisme, kapitalisme, sekulerisme dll), dimana hari ini justru paham-paham jahat itu banyak dianut oleh mayoritas negara berpenduduk muslim. Dan untuk hal itu Rasulullah saw. telah memberikan janji akan kembalinya Islam ke setiap rumah yang dilewati oleh siang dan malam. Jika korelasi ini telah menjadi realita, maka jelaslah hubungan kemunculan dajjal dan fitnah duhaima’ ini.

Saat ini, setiap kita (dari kelompok manapun) terus berupaya untuk menjadi muslim yang terbaik dan terdekat dengan sunnah Rasulullah saw. tanpa punya ‘hak veto’ untuk memvonis kelompok lain di luar dirinya pasti sesat. Namun, kemunculan Al-Mahdi dengan manhajnya yang paling lurus akan dengan mudah kita menjatuhkan vonis; siapa yang bergabung dan mendukung Al-Mahdi, dialah mukmin sejati dan siapapun yang menolak –dengan alasan apapun- maka dia adalah munafik sejati. Itulah makna sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah, kemah keimanan yang tidak mengandung kemunafikan dan kemah kemunafikan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu atau besoknya.[5]

[1] HR. Abu Dawud, Kitabul Fitan no. 4242, Ahmad 2/133, Al-Hakim 4/467, Dishahihkan syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’ Shaghir no. 4194, Silsilah Ahadits Shahihah no. 974.
[2] Diriwayatkan dalam hadits Hudzaifah yang masyhur dalam kitab Bukhari dan Muslim.
[3] Selengkapnya lihat ‘Annul Ma’bud 11/310-311 dan Jaami’ul Ushul 10/25
[4] Dalam hal ini, perlu diskusi panjang tentang ‘apakah mungkin khilafah rasyidah akan terjadi sebelum kemunucalan imam Mahdi’. Karena terbatasnya halaman, hal ini tidak kami kupas. Lebih detilnya lihat: Menanti Kehancuran Amerika dan Eropa – Granada Mediatama-Solo.
[5] Silsilah Ahadits Shahihah no. 974.

Selasa, 05 April 2011

Cara Meraih Sholat Khusyu’


Cara Meraih Sholat Khusyu’
Langkah 1 : Mulailah berdiri tegak menghadap kiblat (termasuk jari-jari kaki) dan siapkan hati dan pikiran untuk menghadap Allah kemudian berniatlah di dalam hati.
”Semua amal tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan (balasan) sesuai dengan niatnya”. (HR. Bukhari, Muslim, dan lain-lain)
Langkah 2 : Setelah hati dan pikiran mantap untuk menghadap Allah maka perlahan-lahan angkatlah kedua tapak tangan sejajar bahu atau telinga sambil mulut dan hati mengucapkan “Allahu Akbar”, kemudian fahamilah maknanya dalam hati “Ya Allah hanya Engkau yang Maha Besar”.
Catatan : Berusahalah melakukan semua gerakan dengan tenang dan sempurna sesuai dengan tuntunan Rasulullah :
Ketenangan datang dari Allah sedangkan ketergesa-gesaan datang dari syeitan” (HR. Tirmidzi)
“Sholatlah kalian (persis) seperti kalian melihat aku sholat” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Langkah 3 : Setelah takbir selesai, turunkanlah perlahan-lahan kedua tangan dan sedekapkan ke dada dengan menggenggam pergelangan tangan kiri dengan kelingking, jari manis, jari tengah, dan ibu jari tangan kanan serta mengulurkan telunjuknya di atas tangan kiri (atau menggenggamkan seluruh jari tangan kanan ke pergelangan tangan kiri).
Bacalah do’a iftitah dengan penuh pemahaman seolah-olah kita sedang menghadapkan wajah (diri) kita kepada Allah, Tuhan semesata alam.
“wajjahtu wajhiya - lilladzii - fathoros samaawaati wal ardh - haniifam muslimaa - wamaa ana minal musyrikiin” (“Ya Allah, aku hadapkan wajahku kepada-Mu, Engkau pencipta langit dan bumi, dengan lurus dan berserah diri kepada-Mu, bukanlah aku termasuk orang-orang yang musyrik”)
“Inna sholatii - wa nusukii - wa mahyaaya - wa mamaatii - lillahi Rabbil ‘Aalamiin”. (“Ya Allah, Sesungguhnya sholatku, seluruh ibadahku, seluruh hidupku dan matiku hanyalah untuk Engkau Ya Allah, Wahai Tuhan semesta alam”).
“Laa syariika lahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin”. (“Ya Allah tiada syarikat bagi-Mu, demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Mu”).
Keterangan : Terjemahan yang berada didalam kurung digaungkan dalam hati dan boleh juga membaca doa iftitah yang lain
Langkah 4 : Bacalah Surah Al-Fatihah dengan perlahan-lahan resapilah maknanya dengan penuh penghayatan karena surat ini berisi pujian, janji dan permohonan kepada Allah.
”A’udzubillahi - minasy syaithonir rajiim” (“Aku memohon perlindungan kepada-Mu Ya Allah dari godaan syeitan yang terkutuk”).
“Bismillahir rahmaanir rahim” (“Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”).
“Alhamdu lillaahi Rabbil ‘alamiin” (“Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam’).
“Ar-Rahmaanir Ar-Rahim” (“Ya Allah, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”).
“Maaliki yaumid diin” (“Ya Allah Engkaulah Penguasa Hari Pembalasan”).
“Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin”(“Ya Allah, hanya kepada-Mulah kami mengabdi dan beribadah dan hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan dan perlindungan”).
“Ihdinash shiroothol mustaqiim. Shiroothol ladziina an’amta ‘alaihim, ghairil maghdhubi ‘alaihim wa ladh dhoolliin” (“Ya Allah, tunjukilah dan tetapkanlah kami pada jalan-Mu yang lurus dan benar. Jalan yang dilalui oleh orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat”).
“Aamiin” (“Ya Allah kabulkanlah permintaan dan do’a kami”).
Langkah 5 : Kemudian bacalah salah satu surat dari Al-Qur’an yang anda hafal dan lebih baik lagi yang anda dapat fahami maknanya.
Langkah 6 : Lakukanlah gerakan ruku’ dengan sempurna, bacalah dengan perlahan-lahan doa ruku’ ‘Subhaana Rabbiyal ’adzim’. Kemudian berhentilah sejenak untuk memahami maknanya (“Maha Suci Engkau Ya Allah, Tuhanku Yang Maha Agung”)..
Luruskan punggung dan kedua tangan dengan menekankan dan mencengkramkan telapak tangan pada lutut dengan jari-jari yang terbuka
Langkah 7 : Lakukanlah i’tidal yaitu berdiri tegak dengan meletakkan kedua tangan di samping tubuh sambil membaca “sami’allahu liman hamidah”.
Kemudian bacalah dengan perlahan-lahan ‘Rabbana walakalhamdu mil’ussamawati wal ardhi wamil’u maa syi’ta min syai’in ba’du’. Lalu pahamilah maknanya (“Ya Allah Ya Tuhan kami bagi-Mulah segala puji meliputi langit dan bumi dan meliputi apa-apa yang Engkau kehendaki setelah itu”).
Langkah 8 : Lakukanlah gerakan sujud dengan sempurna, lalu bacalah dengan perlahan-lahan doa sujud ‘Subhaana Rabbiyal ’a’laa’. Kemudian fahamilah maknanya di dalam hati (“Maha Suci Engkau Ya Allah, Tuhanku Yang Maha Tinggi”).
Letakkan kening & puncak hidung, telapak tangan, lutut dan jari-jari kaki ke tanah dengan meluruskan punggung dan menghadapkan jari-jari tangan dan kaki ke arah kiblat
Langkah 9 : Lakukanlah duduk diantara dua sujud, lalu bacalah dengan perlahan-lahan doanya ‘Rabbighfir lii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’aafinii’ . Kemudian fahamilah maknanya (“Ya Allah, Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku, tutuplah aibku, angkatlah derajatku berilah rezeki kepadaku, tunjuki aku dan sehatkanlah aku”).
Duduk dengan menduduki kaki kiri sedangkan kaki kanan tegak dengan jari-jari menghadap kiblat, serta punggung tegak dan kedua tangan diletak-kan di atas paha.
Langkah 10 : Lakukanlah kembali sujud yang kedua, lalu bacalah dengan perlahan-lahan doa sujud ‘Subhaana Rabbiyal ’a’laa’. Kemudian fahamilah maknanya di dalam hati (“Maha Suci Engkau Ya Allah, Tuhanku Yang Maha Tinggi”).
Setelah membaca doa sujud, berdoalah kepada Allah dengan doa apa saja yang anda hafal dari Al-Qur’an dan hadits!!! Jika anda tidak hafal doa-doa tersebut, silahkan berdoa apa saja di dalam hati anda dengan bahasa apa saja yang anda fahami.
Langkah 11 : Berdirilah kembali seperti semula dengan tangan bersedekap di dada untuk melakukan raka’at yang kedua. Kemudian bacalah kembali surat Al-Fatihah dengan penuh pemahaman dan penghayatan atas makna-maknanya (Baca : 1. Berdiri - bersidekap).
Kemudian bacalah salah satu surat dari Al-Qur’an yang anda hafal dan lebih baik lagi yang anda faham maknanya
Kemudian lakukanlah rukuk, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud dan sujud kedua seperti diuraikan pada awal tulisan ini.
Langkah 12 : Pada rakaat kedua ini, setelah melakukan sujud yang kedua tidak langsung berdiri, namun lakukanlah duduk tahiyat awal seperti duduk diantara sujud kecuali tangan kanannya saja yang berbeda yaitu semua jari mengepal kecuali telunjuk dijulurkan. lalu bacalah dengan perlahan-lahan doanya dengan penuh pemahaman dan penghayatan atas makna-maknanya
Bacaan tahiyat awal : Attahiyyatul Mubarakaatush sholawaatuth thayyibatu lillaah, Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh, Assalaamu’alaina wa’alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah, Waasyhadu anna Muhammadan rasuulullaah. Allahhumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘ala aali Muhammad”
Artinya:
“Ya Allah, segala penghormatan, keberkahan, sholawat dan kebaikan hanya milik-Mu ya Allah,- Wahai Nabi selamat sejahatera semoga tercurah kepada Engkau wahai Nabi Muhamma, - semoga juga Rahmat Allah dan Berkah-Nya pun tercurah kepadamu wahai Nabii,- Semoga salam sejahtera tercurah kepada kami dan hamba-hamba-Mu yang sholeh. - Ya Allah aku bersumpah dan berjanji bahwa tiada ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau ya Allah, dan aku bersumpah dan berjanji sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan-Mu Ya Allah. - Ya Allah, limpahkan shalawat-Mu kepada Nabi Muhammad dan limpahkan juga shalawat kepada keluarga Nabi Muhammad”
Langkah 13: jika anda sholat yang ada rakaat ketiganya, maka berdirilah kembali seperti semula dengan tangan bersedekap di dada dan membaca kembali surat Al-Fatihah tanpa perlu membaca surah Alqur’an kembali. Kemudian lakukanlah rukuk, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud dan sujud kedua seperti tertulis di depan. Jika ini sholat maghrib, maka pada rokaat ketiga ini anda kemudian melakukan duduk tahiyat akhir. Tetapi jika ini merupakan sholat yang rokaatnya 4, maka ulangi lagi langkah ke-13 ini, baru kemudian melakukan duduk tahiyat akhir.
Melakukan duduk tahiyat akhir seperti duduk tahiyat awal kecuali kaki kiri saja yang berbeda yaitu tidak diduduki tapi dimasukkan ke bawah kaki kanan. Lalu bacalah dengan perlahan-lahan doanya dengan penuh pemahaman dan penghayatan atas makna-maknanya.
Bacaan tahiyat akhir : Setelah baca seperti tahiyat awal dilanjutkan dengan “…. kamaa sholaita ‘ala Ibrahiim wa ‘ala aali Ibrahiim, wa baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad, kamaa baarakta ‘ala Ibrahiim wa ‘ala aali Ibrahiim, innaka hamiidum majiid.”
Artinya:
“…sebagaimana Engkau telah limpahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan juga kepada keluarga Nabi Ibrahim, dan berkatilah Ya Allah Nabi Muhammad dan berkatilah juga keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati Nabi Ibrahim dan juga kepada keluarga Nabi Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Langkah 14 : Melakukan gerakan salam, yaitu dengan cara menengokkan wajah ke kanan sampai pipi kita dapat terlihat oleh orang di belakang kita, sambil mengucapkan “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh” yang artinya “Keselamatan bagi engkau, beserta rahmat dan barokah dari Allah”, kemudian diikuti dengan menengokkan wajah ke kiri dengan mengucapkan kalimat salam seperti di atas sekali lagi.
Catatan : Lakukanlah semua ini dengan tertib, sebagaimana hadits nabi : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Al-Bukhari). Maka apabila seseorang menyalahi urutan rukun shalat sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, seperti mendahulukan yang semestinya diakhirkan atau sebaliknya, maka batallah shalatnya.
Sumber : gerakansholat.wordpress.com/

Detik-Detik Menuju Syahid